Tuesday, 9 June 2015

Puisi Sajak Burung-Burung Kondor

Sajak Burung-Burung Kondor-W.S Rendra


 



 

Angin gunung turun merembas ke hutan,
lalu bertiup ke atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
Melihat jejak-jejak sedih para petani-buruh
yang terpecak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.

 

Para tani-buruh bekerja
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur,
namun hidup mereka sendiri sengsara.

 

Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istanah indah.
Keringat mereka menjelma menjadi emas
yang di ambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut pertataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengirim **ndom.

 

Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.

 

Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan di sana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.

 

Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit.
Tersingkir ke tempat-tempat yang sepi.

 

Burung-burung kondor menjerit,
di batu-batu gunung menjerit,
bergema di temnpat-tempat yang sepi.

 

Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.

 

Yogya, 1973


Source by :

Pengarang : Rendra
Penerbit buku : Burung Merak Press
Desain Sampul : DS Priyadi

postingan ini telah di setujui oleh Bapak Edy Haryono, selaku editor buku "Rendra Potret Pembangunan Dalam Puisi" melalui SmS


No comments:

Post a Comment